Kuli Tinta Kabupaten Poso Berduka Cita, Pendiri Poso Post Meninggal Dunia

0
444
Husri Ahmad Pendiri Poso Post demi Poso tak pantang menyerah meski nyawanya acap kali terancam.

PALU,NUANSAPOSCOM – Dunia para kuli tinta kembali berduka, Husri Ahmad Pendiri media cetak Post telah berpulang ke Pangkuan Sang Pencipta.

Dia meninggal diusia yang masih terbilang terlalu dini yakni di usia 59 tahun pada Jumat (15/10) pukul 07.00 Wita di RSUD Poso, setelah hampir sepekan menjalani perawatan karena stroke.


Husri adalah pelopor dunia Pers di Kabupaten Poso, lewat tabloid yang dia bangun bernama Poso Post. Itulah tabloid lokal edisi mingguan pertama yang terbit di Poso tahun 1999.

Dalam sejarah perjalanan pers di Kabupaten Poso, bisa dikatakan Poso Post adalah satu-satunya media lokal yang dirancang lewat tangan dingin suami Endang.

Saat kran kebebasan pers terbuka melalui reformasi pasca tumbangnya Orde Baru tahun 1998.

Husri pria kelahiran Wosu, Bungku, Morowali dengan empat anak menyambut reformasi dengan tangan lebar.

Setahun pasca reformasi atau tahun 1999 dia menerbitkan media lokal yang diberi nama Poso Post dengan slogan memakai bahasa lokal Poso ‘Palakati Sintuwu Maroso’ yang artinya ‘Pesan Demokrasi’.

Mendirikan pers pada masa-masa transisi kekuasaan orde baru yang mengakar ke pemerintahan baru, bukanlah perkara muda.

Tapi bukan Husri namanya kalau tak bisa melewatinya. Ia keras dan teguh membangun Poso Post yang kala itu mendapat banyak rintangan sisa-sisa penguasa orde baru, terutama izin penerbitan. Sehingga Poso Post baru bisa berdiri dengan izin peberbitan dibawah naungan Yayasan Sintuwu Maroso yang dikelola pejabat senior Pemda Poso Nahardi dan Almarhum dr Salim.

Akhirnya Poso Post bisa terbit pada tahun 1999 yang kantornya merangkap dengan rumah yang ditempati Husri di Kelurahan Moengko.

Diawal-awal terbitnya Poso Post, Husri mulai mengajak anak-anak muda progresif bergabung, dari beberapa anak muda itu ada nama Putu, Wayan, Syahrir, Syamsuadi. Namun hanya Syamsuadi yang mampu bertahan memilih jalan hidup sebagai jurnalis hingga kini.

Bagi Syamsuadi, Husri adalah soko guru didunia jurnalis Poso. Ada telenta yang dimiliki Husri, yaitu kegigihan dan ketangguhan menghadapi segala rintangan dalam bekerja sebagai jurnalis.

Disaat-saat Poso Post baru terbit dengan jurnalis-jurnalis muda penuh dedikasi saat itu, tiba-tiba meletuslah Poso, rusuh Poso jilid I pecah.

Husri Ahmad yang juga tinggal di Poso harus mengungsi ke Palu. Ditengah-tengah pengungsian itu dia terus bertekat menerbitkan Poso Post, menyajikan berita-berita peristiwa yang dirangkum dalam sepekan membawa pesan kedamaian.

Naas, ditengah bercamuknya situasi Poso saat itu, wartawan Poso Post Iwayan yang meliput kerusuhan harus jadi korban tewas dibunuh.

Seiring perjalanan waktu, Poso Post terus terbit dengan tetap mempertahankan identitas tabliot mingguan dengan gaya penulisan yang renyah apa adanya.

Sebelum berkembangnya media daring, digital, atau siber, Poso Post adalah pemain tunggal media cetal lokal yang disegani pejabat lokal.
Bahkan hingga memasuki tahun 2000 ketiika dunia masuk era digitalisasi, dimana media cetak mulai bertransformasi ke media siber. Hingga tahun 2018, mulai banyak media cetak bertumbangan dan beralih ke media online.

Namun Poso Post tetap eksis meski tidak bertransformasi ke media online. Poso Post tetap terbit secara isidentil tergantung modal, tidak lagi mingguan, kadang dwi mingguan bahkan bulanan.

Dalam membangun media Poso Post ditengah gempuran media online, Almarhum yang juga dikenal humoris itu memiliki prinsip, Poso Post tidak akan pernah ditinggalkan pembaca, meski Poso Post tak menghadirkan berita terkini.

Makanya, tidak heran, bagi pejabat di Poso generasi 60-70-an, Poso Post adalah media tumpuan.

“Selamat jalan Pak Husri Ahmad”.(**)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here