PARIGI np – Sejak tertembak mati 2016 lalu, pucuk pimpinan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) diserahkan kepada Ali Kalora alias Ali Ahmad. Dia dibantu enam anggota lainnya, yakni, Qatar alias Farel, Abu Alim, Kholid, M Faisal alias Namnung, Nae alias Galuh, dan Basir alias Romzi.Pada akhir 2018, tepatnya 31 Desember 2018, dia memenggal kepala seorang penambang emaas asal Tana Toraja berinisial R alias A (34) di Desa Salubanga, Kecamatan Sausu, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Polisi yang saat itu mengevakuasi jasad korban, kemudian diadang dengan tembakan. Dua polisi, Bripka Andrew dan Bripda Baso terluka.
Sejak itu, polisi melakukan perburuan intensif dengan sandi Operasi Tinombala 2.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, saat ini, pasukan Tinombala sudah mengurung ruang gerak Ali Kalora Cs.
Dia memperkirakan logistik Ali sisa untuk tiga bulan. Makanya, Polri kata Dedi, memperpanjang Operasi Tinombala hingga Oktober 2019.
Dia menyebutkan, pengikut Ali Kalora saat ini sisa 9 orang, dengan dua pucuk senjata api rakitan.
Ruang gerak mereka untuk meminta logistik kepada warga sudah diblok, sehingga mereka dipastikan akan bertahan di hutan.
“Sudah diketahui titik koordinatnya, sudah dikepung oleh tim gabungan TNI-Polri, semua jalur-jalur klasik, baik jalur melalui sungai, jalur langsung ke arah masyarakat semua sudah dikepung,” kata Dedi sebagaimana dilansir dari Kompas, Senin (15/7/2019).(rakyatku)