IRONIS sekali kelakuan Ny. Asminah, 34, ini. Dia merupakan guru agama, tapi mau juga diselingkuhi Kepsek Marjono, 58. Yang nekad mungkin Kepseknya, wong sebentar lagi mau
pensiun, kok urusan selingkuh masih tekun. Bisa-bisa nantinya malah manyun, kehilangan jaminan pensiun.
Guru adalah profesi yang selalu jadi panutan masyarakat, karena masih terikat oleh dogma lama: bisa digugu dan ditiru. Padahal di era gombalisasi sekarang ini, sudah mulai bergeser. Ketik saja pada Mbah Google “guru mesum”, nanti kan banyak data tentang oknum guru berbuat tak terpuji. Akhirnya kini guru dipelesetkan menjadi: guru, setiap minggu saru (berbuat cabul).
Citra guru kembali tercoreng oleh ulah Marjono, yang jadi Kepala SD di Kabupaten Purworejo (Jateng), yang terlibat asmara dengan Bu Guru Asminah, guru agama. Pokoknya Cengkawak-Watukuro, golek penak kudu wani rekasa (mau enak harus usaha).
Meski tempat dinasnya berjauhan, dengan mobil atau sepeda motor jarak terasa menjadi dekat, tinggal werrr……..ketemu sudah. Kalau lapar tinggal makan kupat tahu di warung Marmi perempatan Purwodadi atau makan nasi gule Rubini belakang toko kelontong Fatkol.
Perselingkuhan antar guru ini terungkap karena suami Asminah, Jumadi, 38, menemukan banyak HP di tas istrinya. Begitu dibuka, ya ampuuun banyak gambar mesra antara Asminah dengan oknum Kepksek Marjono, termasuk catingan di dunia medsos. Tapi dari data-data itu bisa diambil kesimpulan bahwa sudah terjadi praktek perselingkuhan. Cuma belum jelas, perselingkuhan mereka masih enteng-entengan atau sudah berat-beratan.
Jumadi mengklarifikasi pada istrinya, tapi membantah terjadinya perselingkuhan. Begitu juga Kepsek Marjono juga menolak dikatakan punya hubungan khusus dengan Asminah. Kalau kenal iya, wong sesama guru. Tapi “kenil” sama sekali tidak. Dadi segi usia saja berjauhan, terpaut 24 tahun, itu kan seperti bapak dan anak.
Tak puas dengan pengingkaran Kepsek Marjono, Jumadi segera melapor ke Kades. Nah, di depan kedua Kades ini Marjono dan Asminah dikonfontir. Begitu banyaknya dalil yang disampaikan Jumadi lengkap dengan posita dan petitumnya, akhirnya Kepsek Marjono mengakui segala perbuatannya.
Marjono memang sudah minta maaf. Tapi cukupkah dengan itu, karena Jumadi khawatir selingkuh keduanya bukan lagi enteng-entengan sekedar catting, tapi sudah saling banting di ranjang. Maka dia mengadu ke Dinas Pendidikan kabupaten, agar Kepsek Marjono ditindak. Wah, gawat ini. Bisa-bisa sudah mau pensiun malah diberhentikan sehingga kehilangan semua haknya.
Tinggal manyun dan di sawah rajin matun.