Merebak Isu Turunkan Rektor Universitas Tadulako

0
1402

PALU NP – Isu demo turunkan Rektor Universitas Tadulako, Prof Dr Ir Mahfudz MP pasca Lock Down Covid-19, mendorong Mahfudz rapat dadakan bersama para Wakil Rektor dan Dekan untuk buat jualan janji kompensasi Rp 200 ribu per mahasiswa.

Uang sebesar itu dibungkus dengan istilah “Uang Pulsa”, sementara Dosen Untad yang melakukan pembelajaran Online tidak lebih dari 10 persen.


Banyak mahasiswa yang mengetahui taktik Rektor yang mengukur integritas mahasiswa dengan uang Rp200 ribu. Di samping itu, patut dipertanyakan sistem dan tata cara pendistrbusian uang Rp200 ribu ke mahasiswa yang saat ini sebagian besar sudah banyak yang pulang kampung.

Beredar infor, kamuflase jualan Mahfudz itu karena dia sudah mendengar mahasiswa  akan melakukan aksi demo pasca Lock Down.

Sejumlah mahasiswa yang dimintai komentarnya sehubungan dengan informasi yang beredar tentang rencana pembagian uang Rp 200 ribu itu menyatakan tidak akan bergeser dari rencana awal untuk demo meminta Prof Mahfudz berhenti dari jabatannya sebagai Rektor Universitas Tadulako.

Kalangan Internal Universitas Tadulako juga sudah jenuh terhadap kinerja Mahfudz yang dinilai masuk dalam golongan rapor merah tersebut.

Jangankan membangun Gedung, membersihkan gedung yang rusak saja dia tidak bergerak sama sekali. Dibandingkan dengan kinerja Rektor IAIN Palu jauh lebih maju dibandingkan dengan kinerja Rektor Universitas Tadulako, kata mereka.

Menurut mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang mengaku bernama Ikhsan, kepada Redaksi Nuansa Pos mengatakan, sangat tidak masuk akal mahasiswa disogok Rp 200 ribu untuk mengurungkan niat aksi demo.“Integritas mahasiswa tidak serendah yang rektor bayangkan”, ungkap Ikshan yang ikut diaminkan oleh teman-temannya.

Selain itu, jika jumlah mahasiswa 35 ribu di kali Rp 200 ribu, artinya Rektor menyiapkan dana sebesar Rp7 Milyar, jumlah yang tidak masuk akal.

Karena itu, lanjut mahasiswa, jualan Rektor Untad untuk membodohi mahasiswa tidak layak dipercaya. Kenapa? tanya mereka. Sebab jika benar, terus kapan dibayarnya dan bagaimana cara membaginya?

“Kami Mahasiswa Untad banyak yang berasal dari desa tidak terjangkau sinyal. Lalu untuk apa Rp 200 ribu itu dibelikan pulsa kuliah onine? Ini jelas ada tujuan politik yang memang tidak layak dipercaya,” sergah mahasiswa seragam.

Sementara salah satu Dosen kepada Redaksi Nuansa Pos meragukan keputusan rektor yang lagi-lagi kontroversial ini. Jika benar angka itu mencapai Rp 7 M, kenapa tidak digunakan untuk membangun Gedung demi kepentingan perkuliahan.

Janji-janji seperti itu sudah bukan zamannya karena anak-anak juga sudah paham maksud politik di balik jualan-jualan murahan seprti itu. Kami dosen Untad sangat merasakan, kata mereka, betapa bobroknya kepemimpinan Untad saat ini di bawah kepemimpinan Prof Dr Ir Mahfudz. Selain yang bersangkutan tidak memiliki kapasitas leadership, juga kadang dianggpnya Untad adalah miliknya dan berlagak seperti bos pemilik saham.

Selain itu, informasi yang berkembang  pemberian uang Rp200 ribu per bulan itu merupakan pemotongan UKT semester berikutnya Rp 200 ribu.

Artinya, kata sumber itu, jika UKT Mahasiswa Rp7 juta maka yang akan dibayar adalah Rp 6.800.000 atau jika UKT mereka Rp 1.750.000 maka yang akan dibayar nantinya sisa Rp 1.550.000.

Kalau demikian pendekatannya, justru tidak masuk akal. Tuntutan mahasiswa justru Pemotongan UKT 50% pada saat pembayaran semester berikutnya.

“Bukan kita dijanji uang Rp 200 ribu ternyata ujung-ujungnya hanya pengurangan UKT semester yang akan datang. Membuat isu memberi uang Rp200 ribu, tapi ujung-ujungnya hanya memotong UKT semester berikutnya Rp 200.000, Ini sama saja bohong”, katanya.

Oleh karena itu, rencana aksi, kata dosen itu, yang akan digelar mahsiswa didukung oleh banyak pihak.

Memasuki tahun kedua kepemimpinan Prof Mahfudz sungguh sangat memprihatinkan. Bahkan  yang muncul adalah keputusan kontroversial yang sama sekali tidak reduktif, tapi malah kontraprodutif, lanjutnya.

Terkait uang Rp 200 ribu tersebut oleh Rektor Untad Prof Dr Ir Mahfudz MP memebenarkannya. Menurut dia, tidak ada pemberian uang benar  hanyalah pemberian kompensasi keringanan UKT saja.”Kan kita tidak kasi uang atau pulsa, kita hanya beri kompensasi keringanan UKT.Semester depan dikurangi UKTnya Rp 200 ribu,” jelasnya kepada Nuansa Pos yang menghubungi via WhatsAapnya Kamis (2/4) sore tadi.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here