KOLONEDALE np – Proyek air baku Lambolo berbandrol Rp. 73 Miliar Tahun Anggaran 2019, diduga sedang terancam dan tidak selesai tepat waktu.
Kekhawatiran akan gagalnya proyek yang tahap pertamanya dikucurkan Rp. 17 Miliar, sudah berada diposisi melewati pertengahan tahun.
“Wajar kalau kami khawatir. Proyek beranggaran puluhan miliar tersebut bisa-bisa
gagal. Soalnya ini sudah masuk bulan Agustus.
Bisakah proyek air baku berskala besar seperti di Lambolo selesai hanya dengan sisa waktu empat bulan kurang,” ungkap seorang tokoh masyarakat Morut yang dimintai Kabar Today, komentarnya, 6/8.
Sumber resmi lain kepada Kabar Today di Kolonedale menyebutkan,diduga pula hutan lindung area tangkapan air Lambolo sudah dirusaki pembalak liar yang telah lama merambah kawasan tersebut sejak belasan tahun lalu.
Itu sebabnya menurut informasi yang dihimpun Kabar Today, posisi tangkapan air yang tadinya berdekatan dengan kawasan hutan lindung, diturunkan beberapa ratus meter, agar bisa jauh dari lingkar hutan lindung.
Kadis Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Morut, Agung Satria Ponga, ST, MT yang ditemui Kabar Today, baru-baru ini , mengaku kaget mengetahui kalau kawasan Lambolo sudah rusak oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab.
“Padahal Lambolo adalah titik terbaik di Morut khususnya Kolonedale sebagai sumber air baku yang layak,” ungkap Agung Satria.
Lebih jauh Agung menjelaskan, kalau instalasi air baku Lambolo adalah proyek Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (BWSS III) Sulteng dari anggaran pusat.
Sejak beredar kabar kawasan tangkapan air Lambolo sudah rusak akibat pembabatan hutan, pihaknya menyurat ke provinsi sembari menunggu petunjuk.
“Itu sebabnya, pihak BWSS III dan Polres Morowali turun lapangan. Hingga akhirnya awal pekan ini sudah ada mobilisasi alat dan matrial ke lokasi,” tutup Agung. (kabartoday)