RIYADH, NP – Seorang tokoh oposisi terkemuka Arab Saudi mengatakan bahwa warga dari berbagai lapisan masyarakat di Kerajaan itu telah marah sejak Putra Mahkota Mohammed bin Salman menjadi penguasa de facto menggantikan Raja Salman bin Abdulaziz. Dia memperingatkan bahwa kondisi itu bisa menyebabkan terjadinya pemberontakan. “Tidak ada segmen dalam masyarakat Saudi hari ini yang tidak marah karena kebijakan Bin Salman,” jelas kepala Gerakan Reformasi Islam, Saad Al Faqih kepada Khaleej Online sebagaimana dilansir Middle East Monitor. “Dia tidak lagi menghormati Syekh, pemimpin suku, intelektual atau akademis.” Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Khaleej Online, Al-Faqih mengklaim bahwa Sang Putra Mahkota “haus akan kekuasaan” dan “akan melakukan apa saja dan menghancurkan siapa pun” yang menghalangi jalannya. “Situasi di Arab Saudi bisa meledak kapan saja,” tambahnya. Pemimpin oposisi itu melukis dua skenario yang bisa mengakibatkan pemberontakan terhadap keluarga yang berkuasa. “Yang pertama adalah bahwa peristiwa regional meningkat, yang mengarah ke perang dengan Iran, sementara kerugian meningkat dalam perang di Yaman yang menyebabkan runtuhnya kekuasaan dan memberi orang alasan untuk memulai revolusi. Menurut tokoh oposisi yang tinggal di London, skenario kedua adalah saat melihat kemarahan dan ketegangan domestik berubah menjadi revolusi yang tidak akan damai seperti Revolusi Musim Semi Arab (Arab Spring) yang terjadi di kawasan itu pada 2011 “Setiap orang yang percaya pada aksi damai telah ditekan, dipenjara, atau dipindahkan,” katanya. “Orang-orang kami bersenjata dan percaya bahwa mereka dapat mengambil hak-hak mereka dari mereka yang menindas mereka dengan paksa.” .(oke)