Wong Anak Orang Kaya Ini Istri Jarang Diberi Belanja

0
772
ilustrasi

Sebagai suami sebetulnya Bambang, 35, nyaris tanpa cacat. Setia pada istri, sayang sama anak-anak, dan membiayai pendidikannya secara total. Tapi ketika
Nastiti, 40, punya PIL yang lebih menggoda, dia tega minta cerai. Karena tak ditemukan alasan, akhirnya Nastiti mengaku Bambang jarang memberi uang belanja.

Pernikahan model Siti Nurbaya (dijodohkan), memang menjadi rawan ke jurang perselingkuhan, terutama jika ketemu “tipe ideal”-nya. Bisa menjadi lupa pada anak dan pasangannya. Padahal setelah berhasil dicapai, toh rasanya sama saja. Sebab segala sesuatu yang sudah jadi milik sendiri pada akhirnya tak menarik lagi. Sekedar contoh, ketika belum punya mobil membayangkan, seperti apa asyiknya punya mobil. Tapi setelah punya, ternyata ya begitu-begitu saja.


Nastiti menyikapi rumahtangganya yang sudah berlangsung satu dekade, juga seperti itu. Dia dulu menikah dengan Bambang karena sekedar dijodohkan orangtua. Sebetulnya dia kala itu tak sreg-sreg amat. Tapi karena mengharapkan bidadara turun dari kahyangan tak kunjung ada, akhirnya Nastiti mau dipersuntingkan dengan Bambang seorang PNS yang usianya 5 tahun di bawahnya. “Witing tresna merga kulina,” kata orangtuanya.

Ternyata setelah dijalani, hepi-hepi saja tuh. Tak pernah ada keributan. Bambang sebagai PNS yang penghasilannya mulai membaik, juga tak mau macem-macem. Tetap jujur pada istri (tak selingkuh) dan tetap jujur pada negara (tak mau korupsi). Dan ketika dua anak telah lahir dan berangkat gede, juga disekolahkan pada sekolah bergengsi dan berbiaya mahal. Hampir seluruh gajinya habis untuk biaya pendidikan dua anaknya.

Di kala rumahtangganya tenang bahagia, eh…..Nastiti tergoda lelaki lain. Soalnya cowok tersebut adalah tipe idealnya yang didambakan selama ini. Tinggi tidak terlalu tinggi, gemuk tidak terlalu gemuk, kurus juga tidak terlalu kurus. Bahasa populernya di Surabaya: sedengan. Bagi Nastiti, lelaki model demikian pastilah tongkrongan dan tangkringannya berbanding lurus.

Cinta Nastiti pada lelaki itu bersambut, sehingga dia ingin memanjakan ilusinya tentang cinta. Betapa asyiknya punya suami yang saling mencintai, nasi sepiring berdua tak mengapa, karena cinta menjadi panglima. Dan karena obsesi masa lalu itu pula, Nastiti siap mengorbankan rumahtangganya bersama Bambang.

Tak ada angin tak ada hujan dia menggugat cerai suaminya. Tentu saja Bambang menolak. Mau menggugat cerai itu musti jelas posita dan petitumnya, sehingga nantinya bisa mempertahankan dalil-dalilnya di Pengadilan Agama. “Kita selama ini tak ada masalah. Kenapa minta cerai, tegakah engkau mengorbankan anak-anak kita?” kata Bambang sedikit puitis.

Oh iya ya, Nastiti mengakui tak punya alasan kuat untuk minta cerai pada suaminya. Bambang tidak pernah selingkuh, dia juga sayang pada anak-anak, gajinya dipertaruhkan untuk pendidikan anak-anak. Lalu alasan yang mana agar gugatannya diterima Pengadilan.

Nastiti baru ingat, selama ini Bambang jarang sekali memberikan gajinya buat keluarga. Alasannya memang masuk akal. Di samping Nastiti anak orangkaya yang terus memberikan jaminan hidup meski sudah ada suami, Nastiti sendiri juga bekerja. Karenanya dia tak pernah kekurangan uang, sehingga tak pernah bongkar-bongkar kantong suami, siapa tahu ada 50.000-an nyelip.

Akhirnya Nastiti mengajukan alasan klasik, suami tak pernah memberi nafkah lahir, alias belanja bulanan. Dia berharap alasan itu menjadi senjata mematikan buat suaminya, Mas Bambang. Melalui seorang pengacara, Nastiti lalu mengajukan gugatanya yang kedua. “Kali ini pasti gol…..,” kata Nastiti pada pengacaranya.

Nastiti pengin “tendangan penalty” cowok tipe idealnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here