sigi np – SUDAH hampir 10 bulan 400 jiwa warga di Dusun VI Lompio, Desa Maranata, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mengalami kesulitan air bersih. Hal ini disebabkan rusaknya saluran irigasi Gumbasa pasca dihantam gempa 28 September 2018.
Akibatnya, setiap hari warga harus berjalan kaki 1 kilometer demi mendapatkan air bersih di sumur milik warga lainnya di dusun tetangga.
Warga Dusun Lompio Mangge Noho mengatakan kondisi ini telah berlangsung sejak gempa yang melanda Kabupaten Sigi pada 28 September 2018. Akibat bencana yang dibarengi likuefaksi dan tsunami itu, saluran irigasi Gumbasa rusak.
“Setiap hari kami jalan kaki 1 kilometer ambil air bersih di sumur milik warga di dusun tetangga. Itu pun air bersih itu tidak cukup dan kami harus antre,” terang Noho, Rabu (31/7).
Menurutnya, selama ini warga Dusun VI Lompio mengantungkan hidup dari irigasi Gumbasa. Selain untuk kebutuhan pertanian, air dari irigasi itu juga untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, minum maupun kebutuhan lainya.
“Kebetulan jalur irigasi Gumbasa melewati dusun kami, jadi kami dengan mudah mengambil air untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak harus berjalan kaki hingga 1 kilometer,” imbuh Noho.
Pantauan di lokasi, tidak hanya warga kesulitan air bersih, namun puluhan hektar lahan pertanian di wilayah itu juga mengalami kekeringan. Banyak persawahan yang hanya ditumbuhi rumput liar dan mengering.
Merespons kesulitan air ini, Tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Cabang Sulawesi Tengah, langsung menyalurkan enam ribu liter air bersih untuk warga Dusun VI Lompio yang dipusatkan di kompleks Gereja Bala Keselamatan Korps Lompio.
Saat pendistribusian, puluhan warga mengantre untuk mendapatkan air bersih yang disalurkan langsung dari mobil tangki air bersih.
Selain untuk kebutuhan masing-masing warga, air bersih tersebut juga digunakan untuk kebutuhan di gereja setempat.
Pendeta BK Korps Lompio, Nirmo, mengaku sejak dirinya bertugas sebulan di gereja BK tersebut sangat kesulitan air bersih.
“Disini selain bangunan-bangunan yang rusak juga kesulitan air bersih. Jadi dengan bantuan air bersih dari ACT ini saya sangat senang dan lega. Saya harap bantuan ini tidak hanya sebatas hari ini namun hingga ke depan,” harapnya.
Sementara itu, Kepala Cabang ACT Sulteng, Nurmarjani Loulembah, mengatakan sudah hampir sebulan ini ACT Sulteng telah mendistribusikan air bersih kepada korban bencana khususnya warga yang tinggal di hunian sementara maupun warga yang mengantungkan hidupnya dari saluran irigasi Gumbasa.
Menurut Nurmarjani, bantuan air bersih ini diharapkan dapat benar-benar tepat sasaran seperti warga yang tinggal di Dusun VI Lompio yang kesulitan air bersih.
“Distribusi air bersih ini merupakan bantuan dari mitra ACT yaitu Muslim Volunteer Malaysia yang diperuntukan untuk korban bencana alam di Sulteng khusunya korban gempa, tsunami dan likuefkasi,” tegasnya.
Sebelumnya, Gempa bermagnitudo 7,4 yang melanda Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi tidak hanya meluluhlantakan pemukiman warga dan menelan ribuan korban jiwa, namun juga merusak sejumlah infrastruktur termasuk irigasi pertanian.
Seperti di Kabupaten Sigi, irigasi Gumbasa yang menjadi penopang utama pertanian warga setempat hingga kini belum bisa dialiri air akibat rusak dihantam gempa pada 28 september 2018 silam.(mi)