Nuansapos.com-Kehidupan ekonomi masyarakat di Kabupaten Morowali Utara belum baik-baik saja, meski perusahaan tambang nikel ada di daerah itu.
Bahkan, daerah yang cukup dibangga-banggakan ini ternyata menjadi daerah penyumbang kredit macet terbesar di Sulawesi Tengah.
Kehadiran PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) belum memberi pengaruh besar terhadap peningkatan ekonomi masyarakat di daerah itu.
Hal yang sama terjadi di Kabupaten Morowali, daerah penghasil nikel yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Angka penyaluran kredit di kabupaten ini juga tergolong rendah. Makanya, daerah ini tidak masuk dalam lima besar daerah penyaluran kredit terbesar di Sulawesi Tengah.
Nilai Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Kabupaten Morowali Utara hingga Juni 2023 hanya sebesar Rp7,9 miliar dari 342 debitur sedangkan di Kabupaten Morowali sebesar Rp119 miliar dari 2.608 debitur.
KUR terbesar ada di Kabupaten Parigi Moutong dengan nilai Rp236 miliar disusul Kota Palu dengan nilai Rp189 miliar.
Bicara soal kredit macet, Kabupaten Morowali Utara sebagai penyumbang tertinggi sebesar 6,26 persen, disusul Kabupaten Tolitoli 2,86 persen, Kabupaten Tojo Unauna 2,31 persen, Kabupaten Banggai Kepulauan 2,08 persen dan Kota Palu 2,05 persen.
Meski begitu, rasio NPL secara keseluruhan di Sulteng hingga Juni 2023 masih berada di bawah ambang batas 5 persen yakni 1,82 persen.
Bahkan jika digabungkan dengan penyaluran kredit kecil dan kredit menengah, realisasi kredit di Kota Palu bahkan menempati posisi pertama dengan nilai Rp22,24 triliun atau sebesar 50,25 persen dari total kredit secara keseluruhan.
Daerah penyaluran kredit terbesar kedua ditempati Kabupaten Banggai sebesar Rp7,94 triliun lalu di tempat ketiga Kabupaten Parigi Moutong senilai Rp3,37 triliun.
Kabupaten Tolitoli masuk sebagai daerah terbesar keempat dengan realisasi kredit sebesar Rp3,14 triliun dan peringkat kelima ditempati Kabupaten Poso dengan realisasi kredit Rp2,07 triliun.
Kepala OJK Sulteng, Triyono Raharjo saat Journalist Update Perkembangan Jasa Keuangan Provinsi Sulteng, Kamis (27/7/2023) mengatakan, realisasi penyaluran kredit di Sulteng hingga Juni 2023 tercatat sebesar Rp44,16 triliun.
Angka tersebut naik 8,77 persen dibanding realisasi penyaluran kredit tahun lalu atau year on year (YoY) sebesar Rp40,60 triliun.
Triyono Raharjo mengatakan, perbankan di daerah agak kesulitan untuk masuk di perusahaan besar karena penyaluran kreditnya diambilalih bank pusat dan Penanaman Modal Asing (PMA).
Olehnya, kata Triyono, bank-bank di daerah harus mengambil peluang dan membantu masyarakat yang ada di sekitar tambang.
Direktur Operasional PT Bank Sulteng, Judy Koagow akan mengupayakan agar persoalan para nasabah bisa diatasi sehingga angka NPL bisa ditekan. NP/in-indonesia.com