Ini yang Dilakukan BI Sebelum Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,75%

0
592

JAKARTA, NP – Banyak pertimbangan Bank Indonesia (BI) sampai akhirnya memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,75%. Salah satu yang dilakukan adalah memantau keputusan beberapa bank sentral negara lain. Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China membuat ketidakpastian ekonomi dunia. Untuk menjaga perekonomian, masing-masing bank sentral negara telah membuat keputusan untuk memangkas suku bunganya. “Sebelum BI turunkan suku bunga, Bank Sentral Korea Selatan menurunkan suku bunga 25 bps menjadi 1,5%. Siangnya BI turunkan 25 bps dari 6% menjadi 5,75%,” ujarnya, di Pelatihan Wartawan Ekonomi, Medan (19/7/2019) Menurut Dody, penurunan suku bunga menjadi salah satu banyak bank sentral untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Selain memantau kebijakan moneter bank sentral negara lain, dari internal BI juga melihat laju inflasi, investasi, nilai tukar Rupiah dan neraca perdagangan. Untuk, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II 2019 diprakirakan relatif sama dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya. BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2019 berada di bawah titik tengah kisaran 5,0-5,4% Sementara itu, kinerja neraca pembayaran Indonesia triwulan II 2019 diprakirakan tetap terjaga sehingga menopang stabilitas eksternal Indonesia. Perkembangan ini ditopang surplus transaksi modal dan finansial yang lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya. Nilai tukar Rupiah menguat sehingga mendukung stabilitas eksternal. Pada Juni 2019, nilai tukar Rupiah menguat 1,04% secara point to point dibandingkan dengan level akhir Mei 2019, dan 1,13% secara rerata dibandingkan dengan level Mei 2019. flasi Juni 2019 tetap terjaga pada level yang rendah dan stabil. Inflasi Indeks Harga Konsumen Juni 2019 tercatat 0,55% (mtm) atau 3,28% (yoy), sedikit menurun dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,68% (mtm) atau 3,32% (yoy). Inflasi inti tetap terkendali didukung konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi. “Ekonomi tumbuh, inflasi bagus, Rupih menguat. Tapi ingat kita perlu meyakini faktor eksternal dan sekarang itu sudah terukur dan pasti,” tuturnya. Oleh karena itu, selain internal BI juga memantau kondisi eksternal, di mana ekonomi global tengah tergangu dengan adanya perang dagang. BI hingga Rapat Dewab Gubernur (RDG) di mana pertumbuhan ekonomi global mulai dapat kejelasan usai perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, memberikan keputusan dengan sama-sama menaikan tarif ekspor. “AS memutuskan untuk menaikan 10%-25% terhadap USD250 miliar nilai perdagangan China ke AS. Sementara China membalas dengan menaikan 25% untuk nilai ekspor AS ke China sebesar USD60 miliar. Keputusan itu otomatis melambatkan ekonomi global,” tuturnya. (oke)


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here