JAKARTA, NP – Semburan gas di lapangan YY milik PT Pertamina Hulu Energi membuat jadwal produksi pertama (onstream) terancam mundur tahun depan. Padahal semula produksi pertama ditargetkan pada September 201 Direktur Operasional Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, kemungkinan mundurnya jadwal onstream di Lapangan YY karena ada semburan gas di sumur YYA-1 sejak Jumat, 12 Juli 2019. Semula sumur ini ditargekan bisa memproduksi 4.600 barel per hari. “Ada satu hal yang kami sedang hadapi saat ini, sumur pengembangan yang ada di PHE di Lapangan YY yang diharapkan bisa berproduksi di tahun ini sebesar 4.600 barel per hari, kemungkinan besar akan bergeser ke tahun depan,” ujarnya di Kantor SKK Migas, Jakarta, (19/7/2019). Sumur kilang YYA Fatar mengatakan, tim SKK Migas bersama Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM, dan PHE ONWJ tengah menangani kondisi tersebut. Dia berharap dalam waktu dekat masalah gelembung gas sudah bisa diselesaikan. Dengan begitu, lapangan di sana sudah bisa beraktivitas lagi. Lapangan YY sendiri sudah ditutup sejak Minggu, 14 Juli 2019 setelah gelembung-gelembung gas yang muncul makin banyak dan membesar. Karena ditutup total inilah, pengeboran tak bisa dilakukan, jadi mengganggu jadwal produksi. “Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa diselesaikan dan dlm waktu dekat kita bisa recover, apa yang hilang dalam waktu seminggu terakhir sehingga sumur ini bisa kita produksi kembali,” jelasnya Sebelumnya diberitakan, Vice President Relations PHE ONWJ Ifki Sukarya mengatakan, Pertamina masih belum tahu apa penyebab dari munculnya semburan gas di sana. Perusahaan memutuskan untuk mengevakuasi semua kru yang ada di lapangan berjumlah 60 orang. Dia mengungkapkan kemungkinan terburuk dari kejadian ini bakal ada 3 desa yang terdampak. Adapun nelayan yang di sekitar daerah anjungan, kata Ifki, sudah diminta tidak mendekat atau melaut lebih dulu. Selain karena ada gelembung gas, juga karena ombak laut memang sedang tinggi, jadi tak banyak nelayan yang mencari ikan. PHE ONWJ sendiri sudah melatih masyarakat di sana untuk menghadapi kejadian tak diinginkan yang merupakan imbas dari aktivitas tidak normal di anjungan.
Mengenai kerugian yang disebabkan dari kejadian ini, Ifki mengaku perusahaan belum bisa memperkirakan karena penanganan gelembung gas masih berlangsung “Kita punya kelompok masyarakat yang kita bina kalau ada kejadian seperti ini,” ucapnya. (oke)