Material MCK masih terparkir di lokasi perkantoran Buddha Tzu Chi dan belum terpasang.
SIGI NP – Hingga kini ribuan warga korban bencana gempa, tsunami dan likuifaksi yang seharusnya sudah menempati perumahan di Huntap Pombewe, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi terpaksa masih harus rela tinggal berdesak-desakan tinggal di sejumlah Hunian Sementara (Huntara) yang dibangunkan pemerintah pasca gempa 28 September 2018 silam.
Tertundanya kepindahan warga itu sebenarnya bukan karena soal anggaran namun diduga karena tersandung oleh lambannya pembangunan 1.094 Hunian Tetap (Huntap) yang sudah didelegasikan ke Yayasan Buddha Tzu Chi sebagai kontraktor pelaksana penyiapan hunian tersebut.
Hasil telusur dan konfirmasi langsung ke lokasi proyek Huntap yang sementara dibangun oleh Buddha Tzu Chi itu sendiri menyebutkan. Kendala utama hingga tidak segera terealisasinya hunian tersebut tersinyalir disebabkan oleh masalah keuangan internal dan ketidakprofesional pihak Yayasan dalam mengatur pekerjaannya tersebut.
Tidak dibayarkannya gaji karyawan dan kurangnya pengawasan teknis sehingga menyebabkan banyaknya material yang terbuang merupakan 2 hal yang paling kentara dan dapat dilihat langsung dalam proses pembangunan Huntap di Pombewe itu.
“Karyawannya tidak dibayar makanya mereka lari, begitu juga banyak material yang terbuang dan mubazir merupakan dua hal paling sering terjadi dalam pembangunan ini,” ungkap beberapa warga kepada media ini.
Harapan dan janji-janji dari Buddha Tzu Chi yang selalu menebarkan harapan untuk segera menyelesaiakan pekerjaannya tak urung membuat sejumlah warga korban terdampak yang hingga kini masih terkatung-katung di lokasi pengungsiannya menjadi kesal.
“Kalau cuma menyebarkan citra dan pura-pura jadi malaikat mendingan terus terang saja tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya. Tukang dan karyawannya saja mereka tidak mampu bayar bagaimana bisa mereka selesaikan pekerjaannya secara cepat,” ketus Hamid salah satu warga terdampak dengan nada geram.
Sementara pihak Buddha Tzu Chi lewat Pengawas lapangannya Imron yang kembali berusaha dikonfirmasi Nuansa Pos Minggu (15/3) tidak bersedia mengangkat telepon genggamnya (NP05)