PALU NP – Walaupun berbagai cara dan strategi dari memasang perangkap besi hingga penggunaan drone atau pesawat pendeteksi tanpa awak oleh ahli penangkap buaya asal Australia, Matt Wright dan Oktavianus Sene serta Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sulteng dan NTT serta Polairud sudah dilakukan namun perburuan terhadap buaya berkalung ban di Teluk Palu hingga Senin (17/2) belum juga membuahkan hasil.
Metode Harpun yang dipasangi jergen sebagai salah satu jurus pamungkas terakhir yang sudah di tembakan dan sempat melekat di tubuh sang buaya juga tak mempan sama sekali.
Jergen sebagai penanda kemana arah perginya sang buaya itu akhirnya kembali lepas sehingga tim itu mengalami kebuntuan dan tidak mampu mendeteksi kemana arah larinya buaya tersebut.
Menyikapi sulitnya menangkap buaya berkalung ban di Teluk Palu tersebut tak urung membuat Panji ikut angkat bicara.
Lewat ciutannya di akun Tweeternya, sang penakluk buaya itu mengakui jika buaya berkalung ban di Teluk Palu termasuk salah satu jenis reptile cerdas yang memang sangat sulit untuk ditangkap.
Dia juga walaupun tidak mempercayai hal-hal ghaib namun khusus untuk buaya berkalung ban tersebut di akuinya seolah-olah ada yang melindunginya.
Matt Wright
Buaya ini cerdas cak, seakan dia udah tau apa yang bakal kita lakuin
Saya gak percaya hal klenik cak, tapi di palu itu terjadi
Sementara dari keterangan yang di himpun Nuansa Pos langsung ke lapangan menyebutkan awal mulanya hingga mengapa buaya itu bisa terjerat ban di lehernya sebenarnya bermula saat salah satu warga Loli berhasil menangkapnya.
Karena tak ingin sang buaya yang saat itu menjadi tontonan banyak orang terluka sehingga warga itu kemudian mengalungkan ban ke leher buaya tersebut. Sayangnya, buaya malang yang hingga kini belum berhasil ditaklukan itu kemudian lepas dengan kondisi ban yang masih terlilit di lehernya.
Upaya-upaya yang dilakukan Tim BKSDA Sulteng dan Polairud bersama tim ahli dari Australia itu sebenarnya bertujuan sebagai upaya untuk menangkap dan melepaskan ban yang terlilit di leher sang buaya tersebut (NP05)