Wisatawan Asing: “Disgusting what the shame for the Bada Valley statues. The responsible must go to prison for life! I hate what they have done. It looks like a cheap parking lot for people eating the pizza”
Poso NP – Pembangunan jalan setapak dan tempat bersantai (dego-dego) yang dibangun oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo (BPCBG) di zona inti patung purbakala Palindo-Sepe di Lembah Bada, Desa Lengkeka, Kecamatan Lore Barat, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah akhirnya menimbulkan kemarahan warga.
Para warga yang marah tersebut meminta agar bangunan yang pelaksanaannya tidak melalui sosialisasi dan melibatkan masyarakat setempat itu agar dibongkar kembali dan jangan pernah di utak-atik lagi.
Sejumlah wisatawan asal Jakarta sangat terkesan dan berpesan agar situs purbakala Palindo dilestarikan
Selain warga permintaan pembongkaran bangunan itu juga datang dari mantan Kepala Dinas Pariwisata Poso, Rudi Richardo Rompas, SH yang pada saat pelaksaanan masih menjabat dan tidak pernah mendapat pemberitahuan tentang rencana pembangunan tersebut.
“Saya minta agar bangunan itu di bongkar!” tegasnya.
Senada dengan dengan Rudi, hal yang sama juga di ungkapkan Camat Lore Barat, Ruli Labulu. Menurut Ruli pihaknya juga tidak mengetahui jika pembangunan jalan setapak dan dego-dego itu akan dibangun di zona inti yang secara langsung mengganggu dan menghilangkan estetika alamiah dari patung tersebut.
Camat Lore Barat, Ruli Labulu (kanan) menilai pembangunan jalan setapak di zona inti situs Palindo merusak estetika dan setuju jika kembali dibongkar.
“Kenapa tidak? Bangunan itu sudah merusak estetika dan mengancam minat kedatangan wisatawan asing ke daerah kita. Saya sih setuju apabila ada kemauan untuk kembali mengevaluasi, membongkar bangunan tersebut,” ungkap Ruli yang dihubungi Nuansa Pos lewat telepon genggamnya, Kamis (21/11) kemarin.
Tak kalah sengitnya, protes atas pengrusakan estetika yang telah mencampur adukan kenaturalan situs purbakala itu juga datang dari sejumlah wisatawan asing yang pernah berkunjung ke situs tersebut. Salah satunya dari warga berkebangsaan Denmark bernama Jan Andersen.
Jan yang selama ini ikut merasa memiliki dan secara langsung telah berjasa mempromosikan kemegahan museum terbuka dari situs-situs purbakala yang ada di Bada itu, baik lewat foto maupun lewat video di chanel youtubenya mananggap pembangunan itu sebagai sebuah pengrusakan yang tidak bisa di maafkan seumur hidup.Jan Andersen
“Disgusting what the shame for the Bada Valley statues. The responsible must go to prison for life! I hate what they have done. It looks like a cheap parking lot for people eating the pizza” (Menjijikkan betapa memalukannya patung-patung Lembah Bada. Penanggung jawab harus masuk penjara seumur hidup! Aku benci apa yang telah mereka lakukan. Sepertinya tempat parkir murah untuk orang yang makan pizza, tanggap Jan lewat sebuah komentar di akun media sosial Facebooknya.
Fam Trip Dinas Pariwisata Sulteng bersama Media dan Stakholder ke lokasi objek sebelum ada pembangunan material lain di lokasi situs.
Patung-patung purbakala di lembah Bada sendiri diperkirakan berusia antara 2500-5000 tahun yang di buat oleh sebuah koloni yang berasal dari suku bangsa Austronesia. Dimana setelah selesai melakuklan proyek, pembuatan patung-patung itu langsung pergi dan menghilang secara misterius tanpa meninggalkan jejak dan peralatan yang pernah dipergunakannya (NP05)