Palu NP – Jaminan Hidup (Jadup) bagi 100an warga transmigran yang terdiri dari 50 KK warga lokal dan 50 KK asal Sidoarjo Jawa Timur yang di Desa Kancu’u, Kecamatan Pamona Timur, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah berakhir sudah.
Untuk meneruskan penghidupannya sehari-hari warga trans yang ditempatkan sejak 2015 silam itu harus menggarap lahan dan berjuang sendiri-sendiri.
Status mereka saat ini sudah memasuki tahap pembinaan dan kalaupun ada bantuan hanya berupa sarana dan prasarana seperti sekolah dan rumah ibadah sementara bantuan sembako atau sejenisnya sudah berakhir sejak setahun yang lalu.”Kalau jadup saya kira sudah selesai dan saat ini tinggal bantuan sarana prasarana saja. Terakhir bantuan yang masuk kesana berupa pembangunan masjid,” jelas Bambang, staf bendahara Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja, Sulawesi Tengah kepada Nuansa Pos akhir pekan kemarin.
Ironsinya lahan sawit yang sebelumnya pernah dijanjikan pemerintah pada awal kedatangan transmigran itu hingga saat ini diduga belum terealisasi bahkan semakin kabur dan tidak jelas sama sekali.
”Kalau soal pembagian lahan itu memang saya pernah dengar tapi sejak saya ditempatkan sebagai pendamping dari kementerian saya juga belum pernah lihat dan tidak tahu bagaimana realisasinya,” ungkap Fuji, pendamping warga transmigrasi Kancu’u yang dihubungi Nuansa Pos Jumat (8/11) pekan lalu.
Selain tidak pernah melihat lahan sawit yang dijanjikan pemerintah itu, Fuji juga mengaku bingung terhadap sistem birokrasi dan siapa sebenarnya kepala UPT yang ditunjuk Dinas Transmigrasi Kabupaten Poso.
“Saya juga bingung, tidak siapa yang UPT disini karena ada yang bilang pak Eden tapi ada juga yang bilang Pak Christovel Surongku,” ujarnya dengan nada bingung.
Sementara Christovel yang berusaha dihubungi lewat telepon genggam belum bisa terhubung. Nomor telepon yang biasa digunakannya sudah tidak aktif lagi demikian pula pesan singkat yang dikirim juga tidak dibalasnya (NP05)