
Laporan : Christanto Todongi
Palu,Nuansapos.com – Di Indonesia saat ini ada 13 wilayah yang sudah berstatus Geopark Nasional sementara 6 lainnya sudah diakui oleh Unesco Global Geopark.
Sesuai yang tujuannya, pedoman terkait geopark sudah diatur melalui Peraturan Presiden No. 9 tahun 2019 tentang pengembangan taman bumi atau geopark.
Geopark sendiri berasal dari dua kata yaitu dari “geological park” atau taman bumi.
Untuk menjadi sebuah geopark harus memiliki beberapa persyaratan antara lain memiliki kekayaan geologi (geodiversity), biologi (biodiversity), hingga kebudayaan (culturaldiversity) yang dapat dikembangkan sebagai area penelitian dan dimanfaatkan sebagai wisata edukasi, wisata alam, dan wisata budaya.
Di Indonesia sudah 6 wilayah yang sudah masuk dan ditetapkan sebagai Unesco Geoparks yaitu :
1. Geopark Batur
Merupakan Geopark pertama di Indonesia yang ditetapkan UNESCO Global Geoparks pada 2012. Geopark ini memiliki keindahan alam yang diakibatkan oleh erupsi letusan besar gunung berapi yang kemudian membentuk Kaldera yang terbentuk dari jatuhnya tanah setelah letusan vulkanik. Kata “kaldera” berasal dari bahasa Spanyol, yang artinya wajan dan danau purba.
Geopark Batur bisa lolos ke Unesco karena didukung oleh 21 situs warisan alam yang tersebar di kawasan Geopark ini, tepatnya di Kecamatan Kintamani dan Kabupaten Batur.
2. Gunung Sewu
Geopark Gunung Sewu diakui sebagai UNESCO Global Geoparks sejak 2015.
Geopark ini memiliki kekayaan arkeologis peninggalan budaya paleolitikum-neolitikum. Memiliki 40 ribu bukit karst membuat Geopark Gunung Sewu menjadi kawasan karst terpanjang di Jawa.
3. Geopark Ciletuh
Geopark ini ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO tahun 2018.
Geopark Ciletuh memiliki kawasan 126.000 Ha yang dikelilingi oleh hamparan aluvial dengan bebatuan unik dan pemandangan yang indah. Tidak hanya perbukitan batu, Geopark Ciletuh juga memiliki pantai dengan ombak yang disukai para peselancar dunia. Objek pendukung geopark ini adalah wisata eksotis yang terdapat di kawasan Geopark Ciletuh, yakni Air Terjun Awang, Taman Purba, Bukit Panenjoan, dan masih banyak lagi.
4. Geopark Gunung Rinjani
Geopark Rinjani masuk sebagai Global Geoparks UNESCO tahun 2018. Memenuhi separuh Pulau Lombok bagian utara, geopark membentang di Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lodemik.
5. Geopark Gunung Rinjani
Geopark Gunung Rinjani Masuk sebagai UNESCO Global Geoparks pada 2018. Geopark Rinjani masuk dalam Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) NTB. Kawasan konservasi Gunung Rinjani juga menjadi hulu 54 sungai atau sekitar 90 persen sungai di Lombok yang menopang kehidupan masyarakat di sekitarnya. Geopark Gunung Rinjani juga memiliki keragaman flora dan fauna yang sebagian besar merupakan jenis endemik.
6. Geopark Danau Toba
Baru-baru ini kawasan Danau Toba menyusul kawasan geopark lainnya sebagai UNESCO Global Geoparks. Prestasi Kaldera Danau Toba ini tidak bisa dilepaskan dari keragaman hayati dan budaya di kawasan ini.
Pengembangan ekonomi kreatif dan kelembagaan kepariwisataan juga menjadi salah satu alasan terpilihnya Geopark Danau Toba ke dalam UGG. Selain itu, Kaldera Danau Toba juga memiliki bentang alam yang beragam.
Merujuk pada persayaratan dan potensi-potensi yang dimiliki 6 geopark yang telah diakui oleh Unesco, Kabupaten Poso bisa dipastikan juga bisa lolos ke tingkat nasional bahkan ke Unesco karena memenuhi persayaratan yang dimaksud.
Berikut potensi Danau Poso yang bisa diajukan sebagai persayaratan sesuai Peraturan Presiden No 9 Tahun 2019 yaitu Danau Poso.
Danau ini merupakan Danau tektoknik Purba yang terbentuk karena proses alam sejak jutaan tahun yang lalu.
Sejak ratusan tahun silam, Danau ini telah menjadi aset kehidupan masyarakat lokal yang dikelola secara turun temurun.
Didalamnya terkandung 20 biota endemi seperti udang atydae, gastropoda, bivalvia, kepiting dan sidat atau sogili.
Danau ini dapat dijadikan sebagai pusat penelitian geologi.
Selain memiliki keanekaragaman biota air, sekitaran kawasan danau ini ternyata memiliki banyak peninggalan purbakala seperti penemuan batu dolmen di Desa Toinasa, Kecamatan Pamona Barat dan 7 menhir di Kelurahan Pamona yang diduga adalah buatan tangan Bangsa Austronesia sekitar 3500 tahun Sebelum Masehi (SM).
Selain batu dolmen dan menhir di sekitaran danau ini juga ditemukan banyak gua-gua batu berisi ribuan kerangka manusia yang sebagiannya diperkirakan adalah kerangka manusia purba Austronesia dari jaman sebelum masehi.
Salah satunya yang terdapat di Gua Makilo, Desa Boe, Kecamatan Pamona Selatan.
Selain peninggalan aerkologis,danau juga Danau Poso memiliki garis pantai yang begitu luas dan air terjun Saluopa yang sejak puluhan tahun sudah dikelola sebagai salah satu tujuan kunjungan wisata baik bagi wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegar.