“Selain membahas Tarsius sebagai maskot, Kadis Pariwisata juga sepakat menggandeng pemandu wisata Palu, dalam setiap event kegiatannya”
Palu NP – Monyet Hantu atau Tarsius yang ditemukan pemandu wisata Kabupaten Donggala bernama Kasman di salah satu hutan sekunder bakal dijadikan sebagai salah satu maskot Pariwisata Sulawesi Tengah.
Sebagai tindaklanjutnya, Dinas Pariwisata Sulteng berencana akan melakukan Roadshow memastikan keberadaan sekaligus mengambil langkah dan upaya perlindungan terhadap hewan yang sulit di temukan Kasman tersebut.
“Temuan ini sangat berarti sekali dan saya kira hal yang akan kita lakukan adalah melakukan roadshow, mendeteksi keberadaan dan melakukan perlindungan terhadap hewan tersebut,” jelas Kepala Dinas Pariwisata Sulteng, I Nyoman Sariadijaya di awal pertemuan bersama Kasman dan dua rekan sesama pemandu wisata, Nurlin dan Deddy yang dilangsungkan di ruang kantor Dinasnya Senin (18/11) kemarin.
Selain membahas tentang Tarsius sebagai maskot, Nyoman juga sepakat menggandeng dan melibatkan para pemandu profesional yang juga adalah anggota Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) yang ada di Ibu Kota Provinsi Palu untuk ikut terlibat dalam berbagai event kegiatannya, seperti kegiatan Sulteng Expo dan berbagai event budaya lainnya.
Nyoman juga bersedia menerima gagasan Kasman, Nurlin dan Deddy untuk penyelenggaraan Birdfear yakni semacam festival pengamatan burung endemik Sulawesi Tengah yang disesuaikan dengan jumlah anggaran yang ada.
“Kita akan melibatkan pemandu wisata dan untuk birdfear mungkin kita adakan eksbisinya dulu disesuaikan dengan anggaran yang ada,” ujarnya.
Sebagai Pemerintah dan Pembina, Nyoman juga menghimbau dilakukannya konsolidasi keorganisasian Himpunan pemandu wisata dengan maksud untuk menyehatkan dan menguatkannya sehingga wadah tersebut memiliki legitimasi sebagai mitra kerja resmi Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah khususnya.
“Saya kira sudah resmi, ternyata baru tahap pembentukannya jadi nanti kami mediasi untuk dilakukan konsolidasi supaya ada legitimasi organisasinya,” himbaunya.
Kondisi HPI Sulawesi Tengah saat ini memang dalam keadaan ‘sakit’ dan diduga hanya akan dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk memperoleh keuntungan pribadinya.
Salah satunya diduga lewat penganuliran penyusunan program Pelatihan Pemandu Wisata Alam Hutan menggunakan Dana DAK Non Fisik 2019 yang diadakan di wilayah perairan laut, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah beberapa waktu lalu.
“Kondisi HPI kita perlu di sehatkan kembali supaya jangan dimanfaatkan oknum tertentu seperti yang terjadi di Donggala dimana tidak ada hutannya tapi dibikinkan kegiatan pelatihan wisata alam Hutannya. Kegiatan yang tepat dilakukan disana adalah kegiatan pelatihan pemandu wisata seperti snorkeling dan diving bukan pelatihan pemandu wisata hutan,” tegas Nurlin usai pertemuan bersama Kepala Dinas Pariwisata Sulteng berlangsung (NP05)