Poso NP – Jembatan Pamona Tentena Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso yang di bongkar atas persetujuan bersama Bupati Poso, Darmin Sigilipu dan PT. Poso Energy.
Selain menyisakan rasa kekecewaan dan perkabungan berat bagi masyarakat adat to Pamona dan seluruh kalangan pemerhati budaya dan wisata yang ada di Bumi Sintuwu Maroso Poso juga ikut berimbas dan merusak sejumlah Karamba (penangkaran ikan) milik warga yang berada di bagian bawah dari pembongkaran tersebut.
Imbas pembongkaran yang dilakukan orang sewaan perusahaan dan diakomodir pemerintah itu sendiri hingga kini didiamkan dan tidak mendapat ganti rugi baik dari perusahaan maupun dari pemerintah yang telah melakukan penekenan MoU atas pembongkaran jembatan tersebut.
Kebrutalan dan kesemena-menaan ini tak ayal menimbulkan reaksi dari pemilik pagar yang selama ini menjadi salah satu sektor hiburan sekaligus pendapatan perekonomian keluarganya.
”Karamba-karamba itu kami bikin pake uang bukan daun pisang tapi pas pembongkaran jembatan kayu-kayunya malah nyasar dan merusak karamba-karamba masyarakat. Parahnya tidak ada reaksi dari pemerintah sebailknya mereka diam dan menganggap hal ini biasa saja,” keluh sejumlah warga pemilik Karamba kecewa.
demonstrasi mahasiswa di Yogya menolak pengerukan dan reklamasi konservasi Kompodongi.
Pembongkaran jembatan Pamona itu sendiri hingga kini masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan dan mengundang reaksi dari masyarakat Poso, baik yang tinggal di seputaran Danau maupun sejumlah LSM dan para mahasiswa Poso yang ada di Palu maupun yang sedang menempuh pendidikannya di Yogyakarta.
Pembongkaran yang dimaksudkan untuk memperluas gerakan peralatan yang tujuannya untuk memperdalam muara sungai Danau Poso itu sendiri saat ini masih menjadi momok menakutkan bagi masyarakat Poso yang tinggal di Tentena dan sekitarnya.
Hasil riset dan penemuan terbarukan Tim Ekspedisi Poso dan ahli Geolog yang menyebutkan adanya rongga di bagian dasar sungai Danau Poso yang dapat menyebabkan airnya tersedot dan menjadi kering semakin memperkuat desakan agar pengerukan itu segera di moratorium dan atau dihentikan sekaligus.
Selain alasan geologis, pengerukan itu oleh ahli perikanan, Dr . Meria Tirsa Gundo dipastikan akan berdampak dan mengancam kelestarian ekosistem sungai di wilayah konservasi Kompodongi sebab kawasan seluas kurang lebih 35 hektar ini menurut Meria merupakan tempat transisi ikan-ikan dari sungai sebelum menuju ke danau.
Senada dengan Meria hal yang sama juga diungkapkan salah satu anggota tim, Reza Permadi. Menurut dia, Kompodongi semacam sebuah Bank makanan bagi penghuni habitat air seperti ikan Mas dan endemik Sidat Danau Poso.
“Kompodongi menjadi semacam bank makanan bagi ikan-ikan seperti ikan Mas dan Sidat sebelum menuju danau,” kata Reza Permadi (NP05)