Korban Rahman (39)
PALU NP – Sebuah kabar mengejutkan berisi kalimat “Tambang Dongi-dongi kacau, kasus penganiayaan menggunakan sajam terhadap warga lokal, penambang asal Manado terutama warga Kotamobagu harus di kawal extra ketat oleh petugas dari kesatuan Brimob Polda Sulteng saat di evakuasi keluar dari lokasi tambang” yang di unggah oleh akun Fb bernama Rano Daroel (41) warga Kotamobagu, Gorontalo dalam seketika langsung bikin geger para nitizen dan pengejar berita yang ada di Kota Palu dan sekitarnya.
Dalam pembicaraannya bersama rekan-rekan sesama pengguna Fb secara samar diketahui salah satu korban dari peristiwa berdarah itu adalah warga Lorong Telaga Kotamobagu yang terkena sabetan barang tajam di bagian tangan dan kakinya.
Korban sendiri menurut akun itu sudah di evakuasi ke salah satu Puskesmas terdekat dari Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Terkait insiden tersebut, pihak kepolisian Polda Sulteng dalam keterangan Persnya kepada wartawan mengatakan, korban pembacokan bernama Rahman (39) asal Kotamobagu.
Sementara kejadiannya sendiri bermula pada Senin 24 Februari 2020 sekitar Pukul 08.00 Wita saat korban sedang duduk di dalam sebuah rumah milik Suad yang kemudian di datangi dan di dobrak 2 pelaku dimana salah satunya ikut mempersenjatai diri dengan golok. Satu dari pelaku itu secara membabi buta langsung menyerang korban sehingga mengenai paha, kaki kiri dan kanan bagian betisnya.
Masih pada keterangan yang sama, korban yang saat itu sebenarnya sudah berusaha menyelamatkan diri masih sempat di hantam salah satu pelaku menggunakan kayu sehingga korban mengalami luka di bagian tangan sebelah kanannya.
Beruntung korban dalam pelariannya ke wilayah pegunungan masih selamat setelah di temukan 2 rekannya Uto dan Ober yang kemudian membawanya ke Puskesmas Wuasa.
Kepala Puskesmas Wuasa, Kabupaten Poso Wati Gae yang berusaha di cross check tentang kondisi korban, belum bisa dimintai keterangannya.Beberapa kali di hubungi tidak bersedia mengangkat telepon genggamnya.
Namun dari keterangan yang di peroleh dari kepolisian, akibat penyerangan itu korban mengalami 31 luka jahitan di bagian paha sebelah kiri dan 30 jahitan di kaki kirinya serta 4 jahitan di bagian kaki sebelah kanannya. Kepala Puskesmas Wuasa, Wati Gae
Untuk penanganan kondisi dan situasi di TKP Tim Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Sulteng sudah diterjunkan dengan maksud untuk memback up penanganan dan mencari pelakunya.
Sementara Kapolres Poso, AKBP Darno kepada Nuansa Pos yang menghubungi mengatakan, baik kondisi korban maupun situasi yang ada di lapangan saat ini dalam keadaan stabil. Untuk penanganan pelakunya menurut Darno masih sedang dalam pencarian dan tetap akan ditindak tegas sesuai aturan yang berlaku.
”Kalau kondisi korban saat ini sudah dalam penanganan pihak medis sementara kondisi lapangan juga dalam keadaan stabil. Soal pelakunya, siapapun dia tetap kami cari dan dikenakan sanksi sesuai hukum yang berlaku,” jelasnya Senin (24/2).
Dibagian terpisah, Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL) Ir. Jusman yang dikonfirmasi terkait masih adanya gerakan penambangan liar di Dongi-Dongi yang sebenarnya sejak tahun 2016 secara resmi sudah di tutup dan di jaga ketat Polisi itu mengatakan.
Terjadinya hal itu disebabkan oleh beberapa fakor, antara lain karena adanya keterlibatan orang dalam atau masyarakat lokal yang secara tidak langsung telah memberi ruang kepada para penambang dari luar daerah untuk beroperasi di wilayah itu.”Peluangnya dari masyarakat di situ juga karena mereka sebenarnya tidak ada yang ahli tambang. Jadi bagaimana peralatan-perlatannya masuk yah karena di berikan ruang,” jelasnya.
Ditanya solusi apa yang kira-kira bisa di ambil untuk menghentikan kegiatan penambangan di areal lindung tersebut menurut Jusman bukan hanya merupakan tugas kepolisian tetapi merupakan tanggungjawab bersama termasuk Pemerintah Daerahnya. Salah satunya kata Jusman dengan cara mengintensifkan lahan pertanian dan mengembangkan Danau Toji seluas 1500 Ha yang sudah di enklavkan kepada masyarakat yang berdiam di wilayah tersebut.
“Solusinya merupakan tanggung jawab semua pihak termasuk pemerintah daerahnya. Kan sudah ada enklav 1500 Ha yang di berikan, kalau itu yang di kelola sebagai pengembangan wisata baru tidak mungkin masyarakat di situ mau terlibat lagi dengan penambangan yang nota bene dilarang dan beresiko secara hukum,” pungkasnya. Kepala BBTNLL, Ir. Jusman
Sementara kondisi kamtibmas di wilayah otoritas Polsek Palolo, Kabupaten Sigi yakni wilayah hukum yang bersinggungan langsung dengan areal tambang terjadinya perkara tersebut dalam keadaan aman dan terkendali. “Untuk wilayah Palolo masih dalam keadaan aman dan terkendali,” ungkap Humas Polsek Palolo, Aiptu Damsir. Perbatasan antara Dongi-Dongi Kabupaten Poso dan Kabupaten Sigi
Untuk mengantisipasi melebarnya efek kejadian tersebut pihak Polsek Palolo sendiri sudah menggerakan Kepala Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (KSPKT) dan 4 orang anggotanya untuk melakukan patroli di Desa Tongoa yang berabatasan langsung dengan wilayah tempat kejadian perkara itu.
”Mengantisipasi perkembangan kejadian Dongi-Dongi, KSPKT bersama 4 anggota terus melaksanakan giat patroli terutama di Desa Tongoa yang berbatasan langsung dengan Dongi-Dongi, Lore Utara, Kabupaten Poso” jelas Damsir lewat pesan singkat yang dikirimnya kepada Redaksi Media ini (NP05)